Sejarah Kontes Kecantikan Puteri Indonesia: Memperkenalkan Kecantikan dan Kebudayaan Indonesia kepada Dunia

Ilmu Sesuatu
Jual Prompt - Platform: chatGPT, Bing AI, dan Google Bard.
Jump to Indonesia - Unforgettable Tourism Experiences in Indonesia!
Luc Tekno - Berbagi Ilmu.

Sejarah Kontes Kecantikan Puteri Indonesia: Memperkenalkan Kecantikan dan Kebudayaan Indonesia kepada Dunia (IG/@officialputeriindonesia

Puteri Indonesia merupakan kontes kecantikan di Indonesia yang diselenggarakan oleh Yayasan Puteri Indonesia (YPI) sejak tahun 1992.

Kontes Puteri Indonesia bertujuan untuk memilih pemenang yang akan mewakili Indonesia dalam kontes kecantikan internasional, seperti Miss International dan Miss Supranational.

Yayasan Puteri Indonesia (YPI) didirikan oleh Mooryati Soedibyo, diketuai oleh Putri Kuswisnu Wardhani, dan disponsori oleh perusahaan kosmetik Mustika Ratu.

Pemenang Puteri Indonesia akan menjadi wakil atau duta bangsa dalam kegiatan internasional, termasuk juga untuk mewakili Indonesia di Miss International.

Selain itu, Puteri Indonesia juga berperan dalam mempromosikan ekspor, pariwisata, dan budaya Indonesia ke seluruh dunia.

Puteri Indonesia juga aktif dalam kegiatan sosial dan memberikan bantuan langsung kepada daerah yang membutuhkan.

Kontes kecantikan Puteri Indonesia pertama kali diadakan pada tahun 1992. Namun pada satu tahun berikutnya kontes Puteri Indonesia tidak dapat diselenggarakan.

Tidak hanya di tahun 1992, kontes Puteri Indonesia juga tidak diadakan pada tahun 1997, 1998, 1999, 2012, dan 2021.

Dengan tidak diselenggarakannya kontes Puteri Indonesia pada tahun 2021, hal ini sontak membuat Alya Rohali menjadi pemegang gelar Puteri Indonesia terlama selama empat tahun.

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan daerah dengan jumlah pemenang terbanyak, yaitu sepuluh gelar. Jawa Tengah dan Jawa Timur mendapatkan tiga gelar masing-masing.

Sementara itu, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, dan Bangka Belitung meraih dua gelar. Maluku dan Aceh masing-masing mendapatkan satu gelar.***

Editor: Lucianus Ari Sapto Asmoro
Sumber: tiket